Senin, 03 November 2014

Teacher and Me (EXO Fanfiction by Ohdo)



Tittle : Teacher and Me 

Main Cast :
•Oh Sehun
•Yoon Min Ji 

Genre : school life, romantic, drama, comedy and sad (maybe)

Length : One shoot

Rating : T , 17+

Author : Ohdo / Ade Ajeng P (@_dohunuts1294)

Disclaimer :
Annyeong para readers!!! Aku balik lagi dengan fanfict kedua nih >,< hoho... Maaf ya kalo ada typo >,< cerita ini asli murni dari pikiran aku sendiri yah... Semoga kalian suka sama fanfict ini... Gak pake banyak omong yahh... Happy reading semuanyaa!!!


***

Author POV

Saat itu....

Flashback

"APA???" Teriak Min Ji dengan mulutnya yang menganga dan matanya yang membulat.
"Hey! Kau tidak usah berlebihan cucuku..." Kata Kakek sambil mengambil secangkir teh dan meminumnya.
"Apa tidak gila? Kakek! Kau tahu kan Oh Songsaengnim itu wali kelasku di sekolah!" Seru Min Ji masih dengan ekspresi yang sama.
"Kakek tahu." Jawabnya santai.
"Lalu kenapa? Kenapa kakek menjodohkanku dengannya?" Tanya Min Ji kali ini berjalan menghampiri kakek.
"Kakek sudah tua. Kakek ingin kamu menikah dengan sehun." Jawab kakek dengan nada memelas.
"Sepertinya hidup kakek sudah tidak lama lagi." Lanjut kakek.
"Tapi kenapa harus dengan dia kek??" Tanya Min Ji.
"Sampai kapan kau ingin membuat kakek pusing dengan semua pertanyaanmu?" Seru Kakek.
"Kakek ingin tidur dulu." Lanjut kakek sambil beranjak dari kursinya dan berjalan menuju kamar.

***


Min Ji tidak habis pikir dengan permintaan aneh kakek nya itu.
"Umurku belum genap 17 tahun tapi sudah disuruh menikah! Kakek ini ada-ada saja! Kenapa harus dengan Oh Songsaengnim? Kenapa tidak dengan yang sepantaran denganku atau lebih tua 1 tahun dariku? Dan ini? Jarak umurku dengan Oh Songsaengnim terpaut 5 tahun! Bukankah itu aneh?? Dan bla bla bla...." Gerutu Min Ji tanpa henti.
"Hey berisik!" Teriak kakek dari kamarnya.
"Biarkan saja" balas Min Ji yang benar-benar merasa jengkel karena kakeknya.

Flashback end

Author POV End


***

Min Ji POV

"Ibu, Kakek aku berangkat..." Seru ku sambil membungkuk..
"Jangan lupa bawakan bekal ini pada tunanganmu ya sayang..." Kata ibu yang tiba-tiba menghampiriku sambil membawa kotak bekal.
"Iya bu..." Jawabku lalu pergi meninggalkan rumah.
***
Aku dengan Oh Songsaengnim sudah bertunangan sejak 2 bulan yang lalu. Tentunya hanya pura-pura bertunangan. Masih terbilang belum cukup lama. Aku berkata pada kakek bahwa umurku belum cukup untuk menikah, dan kakek bilang kalau begitu lebih baik bertunangan saja terlebih dahulu. Padahal aku kira kakek akan menyudahi semuanya, ternyata kakek malah menyuruhku untuk bertunangan dengannya.
***
Seperti biasa, jam pertama pada hari senin adalah pelajaran sejarah yang diajar oleh Oh Songsaengnim. Mungkin, karna penampilannya yang sangat culun dengan rambut gel dan kacamata nya itu membuat para murid merasa bosan. Sebenarnya sama sepertiku, tapi aku tunangannya?
"Kalian! Apa kalian bisa diam? Jangan mengabaikan guru yang sedang menjelaskan!" Teriakku di dalam kelas. Semua yang ada di kelas tersentak dan matanya tertuju padaku. Membuat suasana menjadi lebih tenang dari sebelumnya.
"Terimakasih Min Ji" Seru Oh Songsaengnim sambil tersenyum padaku.
Aku hanya bisa bersikap cuek dan tidak peduli dengannya. Seperti biasa.

***


"Min Ji!" Panggil Sehun sambil menghampiriku yang ada tepat di ujung balkon sekolah.
"Ada apa?" Tanyaku sebisa mungkin terlihat dingin.
"Buku mu tertinggal di laci meja..." Jawabnya.
Sambil menatap buku yang dipegang sehun, aku langsung mengambilnya dengan cepat dan buru-buru mengucapkan terimakasih.
"Jangan sampai murid lain melihat kita disini" seruku.
"Tidak ada siapa-siapa disini Min Ji" jawabnya.
"Bagus!" Kataku. "Kenapa tidak cepat pergi?" Tanyaku pada sehun.
"Baiklah, hati-hati di jalan ya Min Ji." Serunya sambil meninggalkanku dan melambaikan tangan padaku.
Aku hanya memasang senyum terpaksa padanya.

***

"Ibu aku pulang!" Teriakku saat sampai dirumah.
"Min Ji! Min Ji! Lihat siapa yang ada di ruang tamu itu?" Seru Ibu tiba-tiba menghampiriku dan menarikku menuju ruang tamu.
Penampilannya seperti aku kenal, aku coba mengamatinya dari belakang.
Yah, tidak perlu waktu lama untuk mengamatinya aku sudah bisa menebak. Ternyata itu Sehun si tunanganku. Tepatnya tunangan palsu ku.
Disana terlihat Kakek sedang mengobrol dengan Songsaengnim. Ibu menarikku untuk duduk bersama dengan mereka. Mau tidak mau aku harus menurutinya.
"Ada yang ingin Kakek bicarakan pada kalian berdua." Seru Kakek sambil berdehem.
"Bicara saja kek!" Jawabku malas.
"Kakek ingin kalian menikah secepatnya." Lanjut Kakek.
"A-Apa? Mustahil kan! Umurku belum 17 tahun kek!" Seruku tidak percaya.
"Kakek rasa umur kakek sudah tidak lama lagi...Uhuk uhuk..." Jelas kakek sambil terbatuk-batuk.
"Kakek apa tidak terlalu berlebihan? Tapi kakek terlihat baik-baik saja." Kataku sambil mengamati kakek.
"Apa penampilan setua ini masih bisa dibilang terlihat baik-baik saja?" Tanya Kakek kali ini dengan nada serius.
"Ayolah kakek jangan bercanda seperti ini." Kataku tidak suka dengan apa yang dikatakan Kakek..
"Kakek tidak bercanda. Maka itu, Kakek ingin kalian berdua mengabulkan permintaan terakhir kakek sebelum kakek tiada." Jelas kakek.
"Tapi kakek..." Kataku terhenti. Aku melirik ke arah Sehun yang hanya terdiam sambil mendengarkan obrolan aneh ini sedaritadi.
"Aku akan mengabulkan permintaan kakek. Aku akan menikahi cucu kakek." Kata Sehun yang tiba-tiba saja angkat bicara setelah lama terdiam.
"Kau memang anak yang baik, Sehun." Seru Kakek tersenyum.
"Tapi umurku belum 17 tahun" seruku dengan nada memelas.
"Dua hari lagi umurmu akan memasuki 17 tahun. Apa kau bisa membuat alasan lagi?" Seru kakek menjebakku.
Aku hanya bisa terdiam tanpa habis berpikir.
"Kalau begitu sudah ditentukan bahwa hari setelah ulang tahun Min Ji, kalian berdua akan menikah." Seru Kakek memastikan.
"Dengan waktu 3 hari? Bahkan kita belum menyiapkan apa-apa!" Seruku.
"Ibu mu sudah memesan pakaian pengantin untuk kalian berdua." Jawab Kakek.
Bahkan sudah disiapkan? Gerutuku dalam hati.

***

"Hey!" Panggilku pada Sehun saat sedang mengantarnya keluar dari rumah.
"Ada apa Min Ji?" Tanyanya.
"Kau masih ingat dengan kontrak kita kan? Bahwa kita hanya berpura-pura bertunangan. Dan aku mau setelah pernikahan kita nanti kau tidak boleh menyentuhku walupun dengan seujung jari pun. Karena kita hanya berpura-pura. Kita sedang memainkan sebuah drama yang dibuat oleh kakek, oke?" Jelasku panjang lebar.
Sehun tersenyum padaku dan mengangguk mengerti tanpa mengatakan satu kata pun tentang 'drama' itu.
"Aku pulang dulu..." Serunya.
Aku hanya bisa mengangguk saja.

***

8 April...
"Min Ji! Tak kusangka putriku ini akan menikah besok! Selamat Ulang Tahun sayangku!!" Teriak Ibu dari dapur.
Aku yang tersontak mendengarnya langsung menumpahkan susu yang sudah masuk didalam mulutku.
"Ah maafkan ibu jadi membuatmu terkejut." Seru Ibu sambil mengoleskan selai pada rotiku.
"Selamat Ulang Tahun cucuku yang cantik." Seru Kakek yang tiba-tiba datang dan langsung duduk di kursi meja makan.
"Kakek hanya menggodaku kan? Aku tidak cantik." Seruku jengkel.
"Bagaimana kau bisa tahu?" Tanya Kakek meledekku disambi dengan tawaan Ibu.
"Sudahlah aku ingin berangkat saja! Ibu, Kakek terimakasih..." Kataku tersenyum sambil membungkuk lalu meninggalkan ruang makan.

***


"Ada apa kau menyuruhku datang ke tempat ini?" Tanyaku pada Sehun.
"Untukmu.." Seru Sehun sambil mengulurkan sebuah kotak kecil berbungkus kertas bergambar hati, entah apa isinya.
"Selamat ulang tahun.." Lanjutnya.
Aku hanya bisa menatap kotak itu erat-erat dan berusaha menebak apa isinya.
"Terimakasih." Seruku sambil mengambil kotak kecil pemberiannya. Kali ini aku bersikap agak tidak cuek.

***

Kira-kira apa isi kotak ini? Pikirku.
Aku merobek kertas yang menbungkus kotak tersebut. Dan lihatnya sebuah kotak merah jambu berbentuk hati tepat berada dihadapanku. Dengan perlahan aku membuka kotak itu. Dan...
"Wow!!" Seruku terkejut melihat isi dari kotak merah jambu berbentuk hati itu. Sebuah kalung perak dengan maniknya yang berbentuk sayap, sayap malaikat.
Dan apa ini? Terlihat sebuah kertas yang dilipat-lipat menjadi kecil terdapat dalam kotak.
kertas itu bertuliskan ;
Selamat Ulang Tahun calon istriku. Kuharap kau suka dengan kalung yang kuberikan padamu.
.....
APA?
CALON ISTRI?
KITA HANYA BERPURA-PURA KAN?
Kataku dalam hati tidak habis pikir dengan tulisan yang terdapat dikertas itu.

***

Hari pernikahan telah datang...
Hanya ada aku ibu kakek dan sehun disini. Di sebuah gereja yang cukup besar. Kita melakukan pernikahan dengan lancar tampa diketahui oleh siapapun.
Tanpa ada melempar bunga, dan lainnya.

***



"Sehun, biar ibu yang akan membenah barang-barangmu disini. Kau berjalan-jalan saja dengan Min Ji." Seru Ibu pada orang yang dianggapnya menantu, yaitu Sehun.
"Ah ibu! Dia bisa sendiri juga!" Seruku.
"Benar, bu. Aku bisa sendiri." Seru sehun.
"Ah tidak! Ajak saja Min Ji pergi berkeliling.." Kata Ibu merasa tidak enak dengan Sehun.
"Min Ji cepat!" Bentak Ibu.
"Iya iyaa..." Jawabku malas sambil beranjak dari kasur.

***

Sehun mengajakku berjalan-jalan mengitari taman yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah. Kami berdua hanya terdiam sambil memperhatikan pemandangan sekitar taman.
"Ah! Aku lelah!" Seruku memecahkan keheningan.
"Kau lelah? Di sana ada bangku..." Seru Sehun sambil menunjuk ke arah bangku taman yang berada di bawah pohon sakura.
"Aku tahu." Jawabku malas sambil menghampiri bangku itu, dan diikuti dengan sehun daribelakang.
Lagi-lagi suasana hening. Hanya terdengar suara burung-burung berkicau dan terpaan angin.
"Min Ji" panggil Sehun sambil berdehem.
"Ya?" Tanyaku menoleh padanya.
"Apa kau suka dengan hadiah yang kuberikan?" Tanyanya terlihat ragu.
"Kalung? Ah ituu..." Seruku.
Sehun hanya mengangguk.
"Kau tahu? Kau seperti malaikat bagiku." Katanya.
"Malaikat pencabut nyawa lebih tepatnya." Seruku dengan malas.
"Bukan. Kau malaikat pelindungku." Jawabnya.
"Lalu?" Tanyaku malas.
"Sekarang giliran aku yang akan melindungimu." Katanya sambil tersenyum dan tepat bunga sakura berguran menghujani kita berdua.
Aku hanya bisa tersentak dengan diam mendengar pernyataannya. Aku merasakan kehangatan pada dirinya, dan juga ketulusannya.
Apa aku mulai merasakannya?
Merasakan hal yang tidak ku sadari?
Cinta?
Pikirku dalam benak.
"Ah tidak! Tidak mungkin!" Seruku tanpa sadar Sehun mendengarnya.
"Aku akan membuktikannya padamu." Serunya.

***

Kami tidur dalam satu ruangan. Namun tidak dengan satu ranjang. Sehun tidur di bawah dengan beralaskan karpet yang mungkin terasa gatal. Tapi aku heran dia tidak pernah membantah apa yang kuperintahkan padanya.
"Apa aku mulai suka padanya?"
"Kenapa aku merasa senang saat dia mengatakan akan melindungiku?"
"Min Ji! Kau bodoh sekali! Ini hanya pura-pura kan!"
Kataku pada diri sendiri.

Min Ji POV End

***

Author POV

Pagi yang cerah. Entah kenapa kali ini Min Ji tidak melarang Sehun untuk berangkat ke sekolah bersama-sama.
Mereka hanya terdiam disepanjang perjalanan.
"Hey.." Seru mereka berdua serentak tanpa sengaja.
"Kalung yang kau berikan padaku saat hari ulang tahunku, aku sekarang sedang memakainya loh!" Seru Min Ji berusaha menghilangkan keheningan.
"Benarkah? Apa kau suka?" Tanyanya tersenyum.
Min Ji mengangguk, "Ya! Begitulah.." Seru Min Ji.
"Syukurlah.." Kata Sehun tersenyum lega.
Sesampainya di sekolah, semua orang memperhatikan mereka berdua. Entah itu guru murid atau siapa. Semua. Semuanya menatap ke arah mereka berdua.
Namun kali ini Min Ji terlihat biasa saja. Mereka berjalan santai tanpa memikirkan status murid dan guru.
"Min Ji, aku akan pergi. Lihatlah semua orang memperhatikan kita.." Seru Sehun berbisik.
"Tidak apa-apa." Jawab Min Ji santai.
"Maksudmu?" Tanya Sehun bingung.
"Maksudku?" Kata Min Ji balik bertanya.
Min Ji menoleh ke arah wali kelasnya itu, menggandeng tangannya dan...
"Ayo! Kita ke kelas bersama-sama.." Seru Min Ji sedikit berteriak membuat semua orang heran dan bertanya-tanya seperti 'apa katanya?'



Sehun membelalakkan kedua matanya.
"Min Ji! Kau.. Kauuu..." Kata sehun yang tiba-tiba terhenti karena Min Ji.
Jari telunjuk Min Ji tepat berada di bibir manis milik Sehun, membuat sehun diam membisu.
"Aku serius." Jawab Min Ji seakan-akan tahu apa yang ingin dikatakan Sehun.
Dengan itu Min Ji menarik tangan Sehun dan berjalan bersama.

Author POV End


***

Min Ji POV

1 tahun kemudian...

Acara perkemahan keluarga...

"Kakek! Daging panggangnya sudah matang..." Teriakku sambil menyisihkan daging yang ada di panggangan ke piring.
Aku menghampiri kakek yang sedang berada di tenda bersama dengan suamiku tercinta.

"Kakek yakin bisa memakan daging ini?" Tanyaku.
"Kau lagi-lagi meremehkan kakek! Kalian berdua biar tinggalkan kakek sendiri! Akan kakek buktikan kakek bisa menghabisinya!" Seru kakek dengan nada menantang.
"Oke oke baiklah." Seruku.
Aku dan Sehun keluar dari tenda dan meninggalkan kakek sendiri yang sedang asik menyantap daging panggang buatanku.
"Ibu kemana?" Tanyaku pada sehun.
"Sedang mengambil peralatan makan di tenda sebelah." Jawab sehun.
"Hey! Tidak terasa satu tahun berlalu." Seru sehun.
"Apa kita masih berpura-pura sekarang?" Tanya sehun meledekku.
"Kau tidak lucu tahu!" Gerutuku.
"Aku hanya bercanda sayang.." Serunya sambil tertawa lagi-lagi meledekku.
"Ayo kesini!" Seru sehun sambil merentangkan tangannya.
aku menggeleng tidak mau.
"Hey.." Bujuknya.
Aku tetap menggeleng, sampai akhirnya sehun menghampiriku dan memelukku dengan erat.
"Hey aku sesak napas." Seruku menepuk pundaknya.
"Benarkah?" Tanya sehun lalu melepas pelukkannya.
"Bagaimana kalau ini?" Tanyanya, dan langsung mencium bibirku dengan ganas.
Aku membelalakkan kedua mataku. Dia tidak henti-hentinya melepaskan ciuman itu. Aku terus menepuk pundaknya sekeras mungkin, namun tidak berhasil.
Adegan pun berakhir di dalam tenda milik kita berdua, tanpa diketahui siapapun.

Min Ji POV End

Semakin berjalannya waktu Min Ji semakin menyadari bahwa dia mencintai sehun wali kelasnya. Dia menyatakan perasaan yang sebenarnya pada sehun saat disekolah. Satu sekolah pun sekarang tahu hubungan mereka berdua. Kakek dan Ibu Min Ji masih tidak tahu soal 'berpura-pura' itu. Namun Min Ji dan Sehun sudah tidak peduli, karena semua kepalsuan mereka sudah berubah menjadi asli yaitu tidak berpura-pura lagi.


THE END



Author note : hehe ini ceritanya lebih dikit ya?._. maaf ya kalau ceritanya rada gimana gitu jangan lupa kritik dan saran ya thanks for reading...

Minggu, 26 Oktober 2014

I'm Your Girl! (EXO Fanfiction by Ohdo)



Tittle : I'm your Girl !

Main Cast :
• Do Kyungsoo
• Do Minda Kim (OC/You)

Support Cast : etc.

Genre : Romantic, drama, comedy (maybe)

Length: One Shoot

Rating : T

Author : Ohdo / Ade Ajeng P. (@_dohunuts1294)

Desclaimer :
Sebelum para readers baca, aku cuman mau ngasih tau nih kalo dicerita ini pasti ada typo-nya jadi maaf yaa xD hahaa... Soal cerita yang aku bikin ini pastinya terinspirasi dari MV Remakenya D.O di 90:2014 xD hehe, dan juga aku suka banget sihh sama lagunyaa... Jadi buat para readers selamat membaca yaa sehabis baca tolong kasih kritik dan sarannya yah xD jangan lupa follow twitter aku yaa xD ada di atas unamenya ahaha xD happy reading and thankyou:*


***

Minda POV

Sejak kapan aku mulai membuntutinya? Tentunya sejak saat aku mulai jatuh cinta pada pandangan pertama dengannya.

Flashback

Namaku baru saja diteriakan lewat speaker yang berasal dari ruang tata usaha sekolah.
'Panggilan Kepada Do Minda Kim Kelas 3-C, ditunggu di ruang perpustakaan untuk keperluan penting.' Kira-kira seperti itu yang kudengar dari tempat dudukku.
"Habislah riwayatku!" Seruku dengan suara pelan sambil menepuk pelan dahiku.

Dengan terburu-buru aku menarik resleting tas-ku untuk membukanya, kuambil beberapa buku yang ada di dalamnya. Ya benar beberapa. Dengan sepuluh tumpuk buku tepat di hadapanku, aku berjalan perlahan namun cepat sambil menuju ke ruang perpustakaan.
"Sebenarnya bukan aku yang salah! Ya! Bukan aku! Guru-nya saja memang yang tidak pernah sabar menungguku untuk mengembalikan semua buku ini! Seenaknya saja memanggil namaku lewat speaker soak itu! Membuatku haruss bla...bla...bla....." Gerutuku panjang lebar, berusaha mencari-cari kesalahan pada orang lain.

Tepat di depan pintu perpustakaan, belum selangkah aku memasuki ruangan itu....
"DO MINDA KIM SI KUTU BUKU YANG SELALU SAJA TERLAMBAT MENGEMBALIKAN BUKU!" Suara menggelegar terdengar dari dalam ruang perpustakaan, nyaris membuat telingaku mati rasa.
"Memalukan!" pekik-ku pelan.
Perlahan aku memasuki ruang perpustakaan dengan membawa setumpuk buku berjenis novel yang tebal sangat tebal.

Guru Shin, seorang guru perpustakaan yang sangat menakutkan itu kini sedang memperhatikanku berjalan menuju rak-rak buku untuk mengembalikan semua buku yang kupinjam. Sebelum itu aku berkata maaf pada Guru Shin karna sudah telat mengembalikan buku. Disaat sedang mengembalikan buku-buku pada tempatnya semula....

BRAK BRUK BRAK!

"Bunyi apa itu?" tanya Guru Shin dengan suara lantangnya.
Dengan cepat aku membereskaan semua buku-buku yang berserakan dilantai akibat kecerobohanku. Berniat agar tidak ketahuan oleh Guru Shin, tapi...
"ASTAGA MINDA! Apa yang kau perbuat? Akan kutambah HUKUMAN-mu!" teriakan Guru Shin yang kedatangannya sama sekali tidak diinginkan olehku nyaris membuatku menutup kedua telingaku sambil tertegun,
APA?
HUKUMAN?
TAMBAH?
GURU MACAM APA?
HANYA HAL SEPERTI INI?
MENAMBAH HUKUMAN?
SIAL!
SALAHKU!
Pekik-ku dalam hati.
Tak habis pikir, tanpa menanggapi apa yang dikatakan oleh Guru Shin aku langsung memungut buku-buku yang jatuh ke lantai untuk mengembalikannya ke tempat semula ditambah lagi aku harus membersihkan ruang perpustakaan yang luas ini sendirian.

Tap tap tap...

Seperti suara hentakan sepatu. Suaranya seperti menghampiriku. Aku menoleh kesamping dan kulihat kaki yang cukup besar dan panjang tepat berada dihadapanku. Lalu aku mendoangakan kepalaku ke atas.
"Biar kubantu." Kata sesosok pemilik kaki itu.
'WOW' pikirku sambil menatap sosoknya yang sempurna itu. Matanya bulat dengan rambut kecoklatannya dan juga bibirnya yang menggoda, sangat tampan!

Dia membantuku memungut buku-buku yang berserakan dilantai.
Buku terakhir disaat aku ingin mengambilnya...

DHEG DHEG DHEG

'Astaga tuhan! Tanganku saat ini sedang dipegang olehnya' Jeritku dalam hati.
Sayangnya kejadian semacam itu hanya berjalan selama 5 detik saja.
"Ah maaf aku tidak sengaja." Katanya dengan cepat melepas tangannya dari tanganku.
"Sengaja juga tidak apa-apa." Kataku tanpa sadar sambil tersenyum sendiri seperti orang gila.
Dia hanya sedikit tertawa saat setelah mendengar ucapanku yang baru saja kukatakan tanpa sadar.

Jantungku rasanya benar-benar tidak terkontrol dari saat dia memegang tanganku sampai sekarang. Apakah ini rasanya suka pada seseorang? Rasanya aku ingin mengatakan...

"Aku suka padamu. Siapa namamu?" Seru-ku tiba-tiba dan lagi tanpa sadar.
Aku merasa aku cepat menyadari bahwa perkataanku barusan benar-benar aneh.
"Ah iya, terima kasih sudah membantuku!" kataku dengan cepat membungkukkan badanku lalu berbalik pergi untuk mengambil alat kebersihan.
Dan...
"Tunggu" teriak namja itu memanggilku.
Aku tersentak dan diam.
Aku membalikkan badanku, dan kutanya "A... Ada A..pp..a?" dengan gugup.
"Do kyungsoo.." Katanya.
'Apa katanya?' Pikirku.
"Namaku Do Kyungsoo." Katanya lagi seolah-olah dia tahu apa yang ada di dalam pikiranku.

"Do Kyungsoo! Terima kasih atas bantuannya! Senang bertemu denganmu namaku Minda!" Seruku terlalu gembira sampai tidak sadar dia sudah menghilang dari hadapanku.
Kemana perginya?

Flashback end

Sejak saat kejadian itu aku terus membuntutinya, sampai aku tahu bahwa kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Benar-benar kebetulan yang tidak disangka-sangka. Aku benar-benar menyukai Do Kyungsoo.

Minda POV End











***

Author POV

Pagi itu adalah pagi yang cerah, sama seperti suasana hati Minda setiap hari saat ingin membuntuti pujaan hatinya.
Sambil mengayuh sepedanya, Minda terus-menerus berbicara sendiri. Seperti...
'Apa Kyungsoo sudah datang?'dan 'Parfum apa yang dia pakai hari ini? Stroberi atau harajuku?'
Atau mungkin...
'Apa dia memakai boxer warna pink hari ini?'
Dari mulai petanyaan yang masuk akal hingga tidak masuk akal, terus Minda pertanyakan selama perjalanan sekolahnya sambil mengendarai sepeda.


***

Sesampai di sekolah, minda memarkir-kan sepedanya bersamaan dengan kendaraan lain. Sambil melakukan itu, mata minda terus melihat ke arah kiri dan kanan seperti mencari seseorang.
Siapa?
Tentu saja mencari Do Kyungsoo si pujaan hatinya.

TRING

Seperti keajaiban, tepat di depan matanya minda melihat kyungsoo yang baru saja datang.
Minda langsung berlari secepat mungkin untuk menghampiri kyungsoo.
"Pagi kyungsoo!" Sapa minda, yang mengikuti kyungsoo dari belakang.
Seperti biasa kyungsoo tetap mengabaikannya.
"Apa tidur-mu nyenyak?" Tanya minda, berusaha membuat kyungsoo mengeluarkan suaranya.
Lagi-lagi tetap tidak ada jawaban. Seketika angin berhembus kencang, membuat aroma parfum yang dipakai kyungsoo tercium sangat wangi.
"Hmm... Wangi stroberi..." Seru minda sambil mengendus-endus pakaian kyungsoo dari belakang, membuat kyungsoo terlihat risih dan geli dengan tingkah minda.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Kyungsoo sambil menjauh dari minda.
"Aku hanya ingin mencium wangi parfum yang kau pakai hari ini, dan wanginya tetap sama seperti kemarin, stroberi kesukaanku." Jawab minda tersenyum lebar.
"Semua yang kupakai, kau memang selalu menyukainya." Jelas kyungsoo dengan ketus.
Minda hanya tersenyum malu mendengar perkataan kyungsoo.
Tanpa disadari sosok Kyungsoo tiba-tiba saja menghilang.
Minda mengejarnya kembali.
"Kyungsoo tunggu aku!" Teriak minda terengah-engah.
Kyungsoo tetap tidak mempedulikannya.



"Bisa tidak, kau tidak mengikutiku?" Gerutu kyungsoo
Kesal. Anehnya minda malah terlihat senang, padahal kyungsoo sedang memarahinya. dengan santainya minda menjawab, "Aku tidak bisa..." Jawabnya sambil menggandeng lengan kyungsoo.
"Lepaskan!" Pekik kyungsoo berusaha menjauhkan minda darinya.
"Tidak! Kita akan seperti ini sampai ke kelas." Jawab minda.
"Apa maksudmu? Kelas kita berbeda! Cepat lepaskan." Seru Kyungsoo.
"Tapi kelas kita searah." Jawab minda lagi, kali ini dengan penuh kebahagian.

Kyungsoo langsung terdiam tidak bisa menjawab apa yang dikatakan minda, karena memang benar kelasnya searah.

GLEK

Kyungsoo menelan ludahnya karna takut. Takut kalau dia harus bergandengan seperti ini bersama minda. Dan ketakutan itu terjadi. Kyungsoo menahan malu dan kekesalannya pada minda, dengan memasang wajah tidak suka.

***


"Sampai jumpa kyungsoo! Saat makan siang nanti kita harus bersama lagi!" Teriak minda dari depan kelasnya sambil melambaikan tangan pada kyungsoo.
Lagi lagi dan lagi kyungsoo tidak menanggapinya. Walaupun begitu minda tetap terlihat senang dengan apa yang baru saja terjadi.
Dia benar-benar cinta mati terhadap kyungsoo

Author POV End

***















Minda POV

"Hey hey! Apa kau lihat kyungsoo?" Tanyaku pada satu persatu teman sekelasnya yang melewati pintu kelasnya.
Semua temannya yang kutanya menjawab tidak atau menggeleng.
'Sebenarnya kemana dia?' Pikirku.
Dari luar pintu kelasnya aku melihat sekeliling kelasnya. Benar-benar sudah kosong.
"Apa benar dia tidak ada disini?" Tanyaku berbicara sendiri.
Setelah lama memikirkan untuk mencarinya di tempat lain, aku mulai selangkah maju untuk pergi menuju kantin. Namun ada yang aneh...

DHUG

Aku menghentikan langkahku saat mendengar suara yang cukup keras dari arah kelasnya. "Suara apa itu?" Tanyaku lagi.
Aku berbalik badan, menengok ke kelas kyungsoo dari luar. Aku berusaha memastikan apa benar kelasnya sudah benar-benar kosong?

Minda POV End

***

Author POV

KRING...

"Sial sudah bel istirahat!" gerutu kyungsoo.
"Hey Kyung! Sepertinya sebentar lagi minda akan mengajakmu makan siang bersama!" seru sehun yang tiba-tiba saja datang sambil menepuk pundaknya.
"Minda benar-benar sudah gila karenamu!" timpal chanyeol yang juga baru saja datang.
"Ke kantin?" Tanya sehun pada kedua temannya itu.
Chanyeol menganggukkan kepalanya, sedangkan kyungsoo sebaliknya.
"Tidak. Aku disini saja." Jawab kyungsoo sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau menunggu minda datang ya?" Tanya sehun meledek.
"Aku akan mengumpat dikelas." Jawab kyungsoo.
"Tepatnya?" tanya chanyeol.
"Di bawah meja tempatmu chanyeol.." Jawab kyungsoo santai.
"Kau yakin tidak ketahuan?" Tanya chanyeol lagi.
Kyungsoo menganggukkan kepala berusaha meyakinkan dirinya, dan juga kedua temannya.
"Baiklah semoga berhasil" kata sehun yang langsung merangkul chanyeol untuk segera keluar dari kelasnya.
Sementara itu kyungsoo berusaha memuatkan tubuhnya untuk masuk ke dalam bawah meja yang chanyeol tempati.

Author POV End

***


Kyungsoo POV

"Kyungsoo! Minda mencarimu!" Seru Joy padaku.
"Shhtt! Pelankan suaramu! Bilang saja aku tidak ada!." Jawabku panik.
Joy mengangguk tanda mengerti apa yang dikatakan olehku.

Saat itu juga terdengar suara minda yang terus menerus menanyakan keberadaanku.
Syukurlah semua tidak menyadari keberadaanku di bawah meja, kecuali joy yang melihatku sibuk sendiri mengumpat sebelum minda datang.

"Joy! Apa kau melihat kyungsoo?" Tanya minda pada joy.
"Tidak." Jawabnya santai.
Aku menghela nafas lega karena mendengar percakapan mereka berdua.

***


'Sudah sepuluh menit berjalan apa dia tidak lelah berdiri lama-lama menungguku?' Tanyaku dalam hati.
"Aku akan cari dia di kantin saja." Seru minda.
Di bawah meja, aku benar-benar bersyukur mendengar minda berbicara seperti itu.

Udara di bawah meja cukup panas nyaris tidak ada udara. Keringat sudah membasahi dahi-ku. Aku segera ingin cepat keluar karna kepanasan. Tapi yang terjadi...

DHUG

Kepalaku terbentur meja saat ingin berdiri. Menghasilkan suara yang cukup keras dan berhasil membuatku ketakutan setengah mati.

"Apa ada orang disini?" Teriakan minda jelas terdengar ditelingaku.
Untungnya aku berhasil mengumpat lagi.
"Tidak ada ya?" Tanya minda pada diri sendiri.

TAP TAP

Mataku terbelalak hebat mendengar hentakan sepatunya memasuki kelasku.

TAP TAP

Suaranya semakin mendekat...

TAP

Kakinya berhenti tepat disampingku...

Apa dia menyadariku dibawah meja ini?
Apa dia melihatku?
Beribu-ribu pertanyaan muncul dari benakku.

Aku memejamkan mataku..

TAP

Hentakan sepatunya terdengar lagi, namun suaranya kini terdengar pelan...

Satu..
Dua..
Dan hitungan ketiga aku membuka perlahan mataku.

Aku membuang nafas lega saat melihat dia tidak ada di sampingku, tetapi...

PLOK PLOK

Terdengar suara tepukan tangan yang asalnya tak jauh dariku, lebih tepatnya dekat denganku..
Aku menoleh kesamping...

GLEK

'Kaki siapa itu?' Tanyaku dalam hati.
Aku mendongakkan kepalaku ke atas.

BRAK BRUK DHUG DHAG

"Ah!" Rintihku kesakitan.

Minda tepat berada di depanku, membuatku terkejut setengah mati.

"Hey pelan-pelan! Kepalamu bisa terbentur lagi!" Seru minda dengan nada kekhawatiran layaknya seekor induk kucing pada anaknya.

Minda membantuku keluar dari bawah meja.

"Sini duduk disampingku." Suruh minda.
Mau tak mau aku menurutinya.

"Lihat dahimu biru! Ayo kita ke ruang kesehatan!" Seru minda.

"Tidak perlu." Jawabku singkat.

"Hmm bagaimana ya?" Tanyanya sendiri.

Tiba-tiba saja dia mengeluarkan sapu tangan dari saku almameternya. Ditiupnya sapu tangan itu, lalu dia mengelus dahiku yang terkena benturan dengan sapu tangannya itu.

"Cepatlah sembuh dahi imutku..." Katanya.

Rasanya...
Hangat...

"Lalu kenapa kau berada di bawah meja?" Tanya minda memecah keheningan yang ada.
"Tidak." Jawabku.
Minda tersenyum padaku.
Entah aku merasa seharusnya aku tidak perlu susah-susah mengumpat untuk menghindar darinya. Harusnya aku mengatakan langsung kalau aku tidak suka dia terus mengikutiku.
Kyungsoo POV End

***


Author POV

Didalam kelas itu hanya ada mereka berdua. Dengan penuh perasaan minda mengelus-elus dahi kyungsoo yang terbentur meja. Sedangkan kyungsoo hanya menatap minda dengan penuh keresahan. Sepertinya...

"Minda..." Panggil kyungsoo.
"Ya?" Tanya minda masih mengelus dahi kyungsoo dengan sapu tangannya.
"Kau harus melupakanku, minda" jawab kyungsoo.
Minda tersentak, "maksudmu?" tanyanya.
"Kau harus melupakanku! Karena dengan kau mengikutiku pun aku tidak akan pernah suka padamu!" Jelas kyungsoo, kali ini dengan suara yang tegas.
"Benarkah?" Tanya minda.
"Tapi bagaimana kalau aku tidak bisa?" Tanyanya lagi.
Airmatanya sudah di ujung, matanya mulai memerah.
"Aku mengikutimu karena aku suka padamu. Terserah kau akan jadi suka padaku atau tetap benci padaku, aku tidak peduli! Aku suka padamu!" Seru minda mengeluarkan semua isi hatinya..
Tanpa disadari airmatanya sudah mengalir.
"Maaf" kata minda.




Dengan cepat minda berlari keluar dari kelas kyungsoo, meninggalkannya seorang diri dengan penuh rasa menyesal.
"Minda!" Panggil kyungsoo sambil mengejar minda, namun sosoknya dengan cepat menghilang begitu saja.

Author POV End

***


Minda POV

"Maafkan aku..." Kataku dan langsung bergegas pergi keluar dari kelas kyungsoo.
Aku berlari secepat mungkin menuju kelasku.
Tepat saat itu bel masuk sudah berbunyi. Teman-teman satu-persatu memasuki kelas, sedangkan aku sibuk menghapus air mataku yang terus menerus tidak berhenti mengalir.


***


"Minda! Apa kau datang ke klub tenis nanti?" Tanya Irene.
"Aku datang kok." Jawabku.

***


Klub tenis selalu bersebelahan dengan klub sepak bola, jadi apa boleh buat? Aku bertemu dengannya.
Dengan kyungsoo.

"Minda jangan melamun!" Teriak Irene dari kejauhan.
Aku mengangguk.

***


"Kyungsoo!! Apa kau sudah ingin pulang? Ayo kita pulang bersama!" Ajak-ku saat menghampiri kyungsoo.

"Kenapa? Bukankah klub tenis sudah selesai daritadi?" Tanya kyungsoo.

"Seperti biasa aku selalu menunggumu." Jawabku tersenyum.

"Bagaimana dengan sepedamu?" Tanyanya lagi.

"Harusnya aku tidak membawanya, tapi... Aku lupa kalau aku akan pulang bersama denganmu hari ini..." Jelasku menundukkan kepala.

"Lalu?" Lagi-lagi kyungsoo bertanya.

"Tinggalkan saja sepedanya disini! Biar aku minta tolong pada paman satpam untuk menjaganya baik-baik." Jawabku dengan penuh kebenaran.

"Bodoh." Seru kyungsoo, lalu dia berjalan menuju luar lapangan.

"Jadi bagaimana?" Tanyaku.
Dia lagi-lagi tidak menjawab.

Aku terus mengikutinya hingga sampai ke tempat kendaraan.

"Untuk apa kita kesini?" Tanyaku heran.

"Untuk mengambil sepedamu." Jawabnya singkat.

"Kenapa?" Tanyaku seperti orang bodoh, sedangkan dia mengabaikanku dan menaiki sepedaku.

"Cepat naik!" Suruhnya.

"A...Apa? I-iya baiklah" kataku.

Tanpa basa-basi aku langsung menaiki sepeda dan duduk di kursi belakangnya.

"Aku akan mengantarmu pulang" seru kyungsoo.

Aneh... Ini seperti tidak ada masalah yang terjadi sebelumya di antara kita berdua.
Sikapnya juga berubah.

Minda POV End

***


Author POV

"Sudah sampai." Seru kyungsoo.

"Apa? Ah benar! Terima kasih sudah mengantarku..." Seru minda sambil membungkukkan badannya.

"Sepedamu biar aku yang masuk-kan kedalam." Kata kyungsoo

"Sekali lagi terima kasih." Kata minda.

Kyungsoo tersenyum.

"Tapi.. Apa kau akan berjalan kaki?" Tanya minda.

"Tentu." Jawabnya.

"Tapi rumahmu jauh..." Kataku dengan memasang raut wajah cemberut.

"Aku bisa menunggu bus dulu di halte jika aku mau." Jawab kyungsoo.

"Maafkan aku, aku jadi merepotkanmu." Seru minda menangis.

"Kenapa kau menangis?" Tanya Kyungsoo.

"Aku tidak peduli aku akan bagaimana, yang penting orang yang kusuka selamat sampai rumah." Serunya.

Minda tertegun saat mendengar perkataannya.

Author POV End

***


Minda POV

"Aku tidak peduli dengan apa yang akan terjadi padaku, asalkan orang yang kusuka sampai di rumahnya dengan selamat." Kata kyungsoo.

Seketika aku tertegun mendengar perkataannya. Tangaku gemetar.

'Apa itu pernyataan cinta?' Tanyaku dalam hati.

Kyungsoo menghampiriku, dia memegang kedua pipiku dengan tangannya yang besar.
"Aku sebenarnya sudah menyukaimu saat pertemuan pertama kita diperpustakaan." Serunya tersenyum padaku.

"B-be-benarkah?" Tanyaku sambil membelalakkan kedua mataku.

Kyungsoo tersenyum dan mengangguk.

"Kau menangis lagi." Katanya.

Kyungsoo menyeka air mataku yang mengalir dengan kedua tangannya, sedangkan aku masih tidak percaya dengan apa yang dikatakannya.

"Kumohon jangan lupakan aku. aku mencintaimu, Minda." Serunya memohon.

Chu~

Satu kecupan mendarat dibibirku.

Aku masih tidak percaya apa yang baru saja terjadi padaku.

"Kyungsoo.." Panggilku.

"Ya?" Tanyanya

"Bisa kau ulangi semuanya?" Seruku tanpa berpikir apapun.

"TIDAK" teriak kyungsoo.

"Hey! Kenapa begitu?" Tanyaku.

"Hal seperti ini hanya bisa di lakukan satu kali saja tahu!" Jelasnya sambil melarikan diri.

"Hey jangan lari!" Teriakku.

Minda POV End

***


Author POV

Saat setelah kejadian itu, mereka berdua-pun menjadi sepasang kekasih. Tidak ada rasa takut lagi dalam diri kyungsoo untuk bertemu dengan minda. Bahkan sehari-harinya selalu di habiskan dengan momen berdua.

Setelah mereka lulus dari SMA, merekapun berencana untuk menikah secepatnya.


THE END



Author Note :
Gimana nih ceritanya? Duh aku gak yakin kalian suka sama ceritanya x.x kritik dan sarannya yahh... Thank you:*

Rabu, 13 Agustus 2014

Taste For Love (by ohdo)





Mia baru saja sampai di sekolah. Ia melangkahkan kakinya masuk ke dalam kelas. Suasana kelas terlihat sangat ramai. Mia melangkah menuju tempat duduknya. Sambil menaruh tasnya ia memperhatikan sebuah tempat yang dikerumuni oleh banyak murid perempuan. Terlihat jelas seorang murid laki-laki berkulit putih susu menempati tempat itu. Sepertinya baru pertama kali ia melihat murid itu, pikir Mia. Rasa penasaran Mia muncul. Mia menghampiri tempat duduk murid laki-laki itu. Mia berniat untuk melihat wajah murid itu, namun tidak berhasil. Murid-murid perempuan yang mengerumuninya sangat banyak, bahkan murid dari kelas lain-pun ada di dalam kerumunan itu.
“Ada apa sih? Siapa sih dia? Kayaknya aku baru pertama kali liat dia.” Tanya Mia dalam hatinya.
Mia mencoba untuk melihat wajah murid laki-laki itu dengan sedikit menjinjitkan kakinya. Matanya terbelalak saat mendapatkan sesosok laki-laki yang dilihatnya. Kulitnya sangat putih seperti susu, matanya sipit dan terdapat kantung pada matanya, warna bibirnya sangat merah alami, hidungnya juga mancung. Sangat sempurna di mata Mia hingga ia tidak bisa berhenti menatapnya.
            Tiba-tiba saja Nana  menepuk pundak Mia. Mia terlihat sangat terkejut.
“Kamu ngagetin aku, Na!” kata Mia sedikit menghela nafasnya.
“Maaf, Mi. abisnya kamu bengong aja sih. Liatin anak baru ya??” Tanya Nana sambil menyipitkan matanya.
“Jadi dia anak baru? Kok cakep sih? Kayak orang korea tau! Dia blasteran ya, Na??” Tanya Mia penasaran.
“Dia blasteran korea amerika, Mi. Gak tau juga sih, aku denger-denger juga ibunya asal korea dan bapaknya asal Indonesia loh, asli dari Depok.” Jawab Nana.
“Terus amerikanya nurun dari siapa dong?” Tanya Mia lagi.
“Mungkin neneknya. Mending kamu tanya sendiri deh kalo mau tau banyak tentang dirinya.” Jelas Nana.
“Gak ah!” jawab Mia dan langsung berlalu dari sana.
“Bener nih???!!” Teriak Nana pada Mia yang jaraknya sekarang sudah semakin jauh. Dari kejauhan terlihat Mia yang menjawab dengan anggukan kepala.
***
            Bel masuk sudah berbunyi. Semua murid sudah harus berada di dalam kelasnya masing-masing. Tepat di kelas Mia, terlihat Bu Hani sang wali kelas memasuki kelasnya. Bu Hani menyuruh si murid baru itu untuk memperkenalkan dirinya di depan kelas. Murid baru itu cukup pandai dalam berbahasa indonesia.
“Namaku Oh Jaehyun. Aku pindahan dari Korea Selatan. Aku pindah ke sini karena pekerjaan ayahku yang selalu berpindah-pindah Negara. Mohon bantuannya. Semoga kalian bisa berteman baik denganku. Salam kenal.” Kata murid baru itu seraya dengan setengah membungkukkan badannya seperti halnya yang biasa dilakukan orang-orang di korea jika memberi hormat atau salam.
Semuanya bersorak senang sambil bertepuk tangan untuk menyambut kedatangan Oh Jaehyun itu, terutama murid perempuan paling berantusias untuk melakukan hal itu termasuk dengan Mia.
            Mia terus-menerus menatap wajah Jaehyun. Melihat wajahnya yang tersenyum, tertawa, Mia sungguh tidak bisa berhenti menatap murid baru itu hingga dirinya sadar bahwa Jaehyun sedaritadi juga menatapnya, hingga kedua bola mata mereka saling bertemu dan menatap satu sama lain. Mia dengan cepat mengalihkan pandangannya itu. Mia merasa malu, namun juga merasa senang. Mia mencoba menengok ke arah tempat duduk Jaehyun. Mia tersontak kaget saat melihat dirinya ternyata sedang di perhatikan oleh murid baru itu. Jaehyun tersenyum padanya. Kini pipi Mia mulai memerah. Mia langsung berbalik dan kembali terfokus pada pelajaran yang sedang diterangkan oleh Bu Hana.
Mia menundukkan kepalanya, merasakan detak  jantungnya yang begitu cepat.
“Ah! Kenapa aku jadi deg-deg an gini sih?” Pekiknya dalam hati.
***
            Tanpa mengucap salam, Mia langsung mendobrak pintu rumah. Ia terlihat sangat lelah. Dibukanya sepatu sekolah yang ia pakai lalu melemparnya hingga sepatunya berserakaan ke mana-mana. Tanpa melepas kaos kakinya, Mia berjalan menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarnya. Ia merebahkan badannya di atas kasurnya yang empuk itu. Dilihatnya handphone yang tergeletak di sampingnya, dengan sigap Mia mengambil handphone miliknya lalu memainkannya dengan serius, hingga Mia merasa bosan.
“Ahhhhh!!! Aku bosan!! Mama kemana sih?? Kok gak ada di rumah???!!” katanya mendengus kesal.

Mia menghampiri meja makan. Perutnya terasa sangat lapar. Dibukanya tudung saji, matanya terbelalak lebar saat melihat isi dari tudung saji itu adalah nihil! Mia mencoba membuka kulkas, ada satu kue tar brownies cokelat yang dilapisi krim vanilla dan ditambah dengan hiasan buah cherry mungil di atasnya, sangat lezat. Tanpa sungkan, Mia langsung mengambilnya dan melahapnya dengan rakus.
Kring… kring…
Telepon rumah Mia berdering. Ternyata mama-nya menelepon.
“Halo, Ma? Mama kemana sih? Kok tumben banget aku pulang sekolah gak ada di rumah.” Kata Mia.
“Maaf, Mia sayang… Mama ada arisan nih. Gak mungkin dong mama gak dateng.” Jawab sang Mama.
“Yah, ma! Kapan pulang? Aku lapar tau nihh!! Tapi itu tadi sih, ma.” Rengek Mia.
“Tunggu deh. Jangan-jangan kamu makan kue tar yang ada di dalam kulkas?” Tanya Mama, menebak-nebak.
Mia hanya menyengir.
“Ya ampun Mia! Kamu tau gak? Itu tuh kue bukan punya mama.” Kata Mama, suaranya sangat nyaring didengar hingga Mia menjauhkan telinganya dari gagang telepon.
“Yah mama! Kan tinggal beli lagi yang barunya, susah banget.” Jawab Mia menyepelekan.
“Kamu kira beli kue murah? Sudahlah! Mama pulang dulu! Tunggu di rumah!” Kata mama dan langsung menutup teleponnya.
Mia sama sekali tidak merasa bersalah. Dia hanya berpikir yang penting perutnya kini sudah terisi kembali.
            Setelah lama menunggu akhirnya Mama-nya datang. Mia dengan sigap membukakan pintu rumah untuk Mama-nya.
“Halo, Ma! Sudah pulang? Bawa makanan gak nih?” Tanya Mia sambil tertawa kecil.
“Kamu, ya! Makanan mulu! Mumpung sekarang masih jam tiga sore, Mama mau minta tolong deh sama kamu.” Pinta Mama.
“Tolong apa, Ma?” Tanya Mia kebingungan.
Terlihat Mama mengeluarkan uang dari dompet berwarna biru dengan hiasan kerlap kerlip membuatnya tampak cantik untuk di lihat, lalu memberikan uamg itu pada Mia. Uangnya cukup banyak untuk seorang anak seumuran Mia.
“Asik! Buat jajan nih mah?” Tanya Mia kegirangan.
“Ya enggaklah Mia. Kamu mau kan pergi ke toko kue?” Tanya Mama.
“Sendiri, Ma?” Tanya Mia lagi.
Mama menjawab dengan anggukan kepala.
“Oke oke, aku tau ini salah aku. Aku yang sudah menghabiskan semua kuenya, padahal kue itu bukan milik kita. Tapi kenapa harus aku yang membelinya?” Kata Mia mengeluh.
“Karna itu salahmu. Cepat kamu belikan, tempatnya juga tidak jauh kan? Ayo cepat!” suruh sang Mama.
“Iya iya, aku akan ke sana!” Jawab Mia.
***
Sampai di depan toko kue, dengan cepat Mia membuka pintu toko itu. terdengar suara lonceng saat Mia membuka pintunya. Mia mulai melihat-lihat dan memilih satu diantara semua jenis kue yang enak dan super lezat itu. Mia heran, ia berpikir bahwa semua kue yang terpajang sangat enak dan juga penampilannya sangat menarik. Dilihatnya terus semua kue-kue yang terpajang itu. Tiba-tiba terdengar suara seseorang mengajaknya bicara.
“Kamu mau pilih kue yang mana?” tanya suara itu.
Mia merasa suara itu terasa sangat familiar baginya. Mia menengok ke samping dan mendapati sesosok laki-laki yang cukup lebih tinggi darinya. Jaehyun! Jaehyun tepat berada di sampingnya dan dia sedang tersenyum padanya sekarang! Mia merasa dia akan pingsan sekarang juga, namun itu mustahil. Mia memberanikan diri untuk membalas pembicaraannya walaupun dengan sedikit rasa gugup.
“Siapa? Aku?” Tanya Mia ragu.
Jaehyun mengangguk menandakan iya.
“Oh jadi benar aku. Emmm, aku tidak tau mau pilih kue yang mana. Semuanya terlihat lezat dimataku.” Jawab Mia.
“Benarkah?” Tanya Jaehyun.
“Tentu.”  Jawab Mia sambil menggaruk-garukan kepalanya yang tidak gatal itu.
Jaehyun tidak menjawab atau pun bertanya lagi padanya. Jaehyun terlihat sedang mimilih-milih kue yang terpajang. Tatapannya terhenti saat melihat ke arah kue tar brownis yang dilapisi dengan krim cokelat di setiap sisinya, dan juga hiasan buah-buahan kecil di atas kue itu.
“Bagaimana kalau yang ini?” Tanya Jaehyun sambil menunjukan jari telunjuknya ke arah kue brownis yang dilihatnya.
“Apa? Yang mana?” tanya Mia.
Mia mencoba mengikuti arah jari telunjuk Jaehyun. Setelah mendapati sosok kue yang lezat, Mia berpikir-pikir. Mia menundukkan kepalanya.
“Kurasa tidak. Harganya sangat mahal. Aku hanya membawa uang sedikit. Untuk membeli kue yang kamu pilih, benar-benar tidak cukup dengan uang yang kubawa.” Kata Mia menyesal.
Terlihat Jaehyun yang memesan kue tersebut kepada sang pelayan, dan dibayarnya kue itu. Membuat Mia begitu kebingungan.
“Tidak apa-apa. Aku yang bayarkan. Ini, untukmu.” Katanya sambil mengulurkan sekantong plastik berisikan kotak kue di dalamnya, pada Mia.
“Apa? Untukku?” Tanya Mia setengah berteriak, membuat para pengunjung di sana terus memperhatikannya.
Jaehyun mengangguk dan tersenyum padanya.
Mia hanya terdiam sambil menatap kantong keresek besar itu. Membuatnya benar-benar kebingungan saat itu.
“Cepat ambil saja!” Kata Jaehyun.
“Benar tidak apa-apa?” Tanya Mia lagi.
Jaehyun mengangguk.
“Sebelumnya terima kasih, Jaehyun. Besok, pasti akan ku gantikan uangmu! Aku janji!” Kata Mia bersungguh-sungguh. Dengan rasa sedikit malu Mia mengambil kue itu dari tangan Jaehyun.
Jaehyun terlihat tersenyum padanya.
“Tidak diganti juga tidak apa-apa.” Katanya.
“Tidak mungkin! Pasti besok akan ku gantikan, oke? Jangan menolak permintaanku!” Kata Mia bersikeras.
Jaehyun hanya tertawa sambil menatap tingkah lucu yang dilakukan Mia. Mia merasa malu, dan pipinya memerah lagi sekarang.
***
Tak disangaka ternyata jalan pulang mereka berdua searah. Alhasil membuat Jaehyun dan Mia pulang bersama. Benar-benar berhasil membuat Mia merasa panas dan gugup.
Saat di perjalanan, semua terasa hening. Tidak ada satu-pun diantara mereka yang memulai pembicaraan. Hingga akhirnya mereka berdua merasa bosan dan Jaehyun memutuskan untuk terlebih dulu mengajak Mia berbicara.
“Oh iya! Nama kamu Mia kan?” Tanya Jaehyun.
Mia mengangguk, “Iya..” jawabnya.
“Kenapa?” Tanya Mia.
“Tidak apa-apa.” Jawab Jaehyun singkat.
Mia hanya tersenyum.
            Setelah lama berjalan, mereka berdua tidak menyadari bahwa sedaritadi mereka terus saja bersama.
“Rumahmu??...” Kata Mia dan Jaehyun serempak tanpa disengaja.
“Tidak! Begini, rumahmu di mana?” Tanya Mia.
“Di dekat rumahmu.” Jawab Jaehyun santai.
Mia terkejut mendengar jawaban Jaehyun.
“Apa???” Tanya Mia lagi. Matanya melotot terlihat seperti ingin keluar, dan juga mulutnya yang menganga lebar membuat Jaehyun tertawa. Hingga akhirnya Mia menyadarinya dan bersikap seperti biasa.
“Jadi?” Kata Mia.
“Jadi apa?” Tanya Jaehyun.
Mia hanya terdiam.
“Oke. Jadi gini, kemarin aku baru saja menempati rumah yang ada di depan rumahmu. Ibuku bilang tetangga di depan rumah punya seorang anak seumuran denganku, dan sekolahnya sama dengan yang akan kumasuki. Aku bertanya pada Ibuku, siapa namanya? Dan ibuku menjawab sepertinya Mia. Dan ternyata benar, anak itu adalah Mia, dan sekarang dia ada di sampingku.” Jelasnya disambi dengan tawaan.
“Benarkah??” Tanya Mia tidak percaya.
“Hmm…benar! Dan juga tadi aku melihatmu keluar dari rumah saat kamu ingin ke toko kue. Jadi ku ikuti saja kamu.” Jelasnya lagi, dan kini tersenyum pada Mia.
Lama mengobrol, mereka berdua tidak menyadari bahwa mereka sudah sampai di depan rumah. Mereka berdua saling berpamitan dan masuk ke dalam rumah masing-masing.
“Aku pulang! Ini kuenya sudah ku belikan. Sebenarnya aku di belikan sih sama orang, jadi uang mama masih utuh deh.” Jelas Mia seraya memberi salam.
Mamanya yang terkejut melihat penjelaskan anaknya, mengahampirinya.
“Apa? Dibelikan?! Sama siapa?” Tanya Mama setengah berteriak.
“Aduh mama, biasa aja dong! Jadi gini aku dibelikan oleh teman sekolahku.” Jawab Mia.
“Berapa harga kuenya?” Tanya Mama lagi.
“Dua ratus ribu, ma.” Jawab Mia.
Tanpa lama, Mama mengambil dompetnya dan menambahkan uangnya pada Mia.
“Besok, berikan ini pada temanmu.” Kata Mama.
Mia mengangguk, lalu menaruh kuenya di atas meja makan.
***
            Keesokannya di sekolah, Mia menghampiri Jaehyun. Sesuai perkataannya, Mia akan menggantikan uang milik Jaehyun.
“Ini, terima kasih, dan maaf telah merepotkan.” Kata Mia sambil memberikan uang pada Jaehyun.
“Tidak perlu diganti, kok. Kuenya lezat, tadi pagi Mama kamu datang ke rumahku.” Kata Jaehyun.
Lagi-lagi Mia terkejut. Mia hanya diam terpaku di depan Jaehyun, sambil memelototkan matanya.
“Uangnya aku kembalikan, oke?” Kata Jaehyun berbisik pada Mia, dan mengembalikan uang itu kembali pada Mia.
“Tunggu! Tunggu! Kumohon ambil uang ini! aku tidak mau kena marah oleh mama nanti, kumohon!!” Pinta Mia memaksa.
Apa boleh buat, Jaehyun langsung mengambil uangnya. Dan lagi-lagi dia tersenyum pada Mia.
“Baiklah kuterima. Terimakasih.” Kata Jaehyun.
“Tidak! Seharusnya aku yang bilang terimakasih, oke? Terimakasih Jaehyun~” Kata Mia.
Jaehyun tertawa untuk kedua kalinya karna melihat tingkah lucu Mia.
***
Bel pulang berbunyi. Mia dan Jaehyun pulang bersama.
“Mia! Ayo cepat!” Teriak Jaehyun dari kejauhan.
Mia kebingungan, ia terus mencari-cari buku hariannya di semua laci meja di kelasnya.
“Aduh! Kemana sih tu buku!” Pekik Mia berbisik.
Jaehyun yang dari luar melihat tingkah Mia yang aneh, menghampirinya. Jaehyun kembali ke kelas dan menghampiri Mia.
“Kamu cari apa, Mi?” Tanya Jaehyun.
“Bukuku. Dia hilang! Padahal sepertinya tadi sudah kumasukkan ke dalam tas sebelum pulang.” Jelas Mia.
“Apa buku itu penting?” Tanya Jaehyun lagi.
Mia mengangguk sambil terus mencari-cari bukunya.
“Baiklah, akan kubantu untuk mencarinya.” Seru Jaehyun.
Mia mengabaikannya. Sepertinya Mia benar-benar sangat sedih jika bukunya hilang.
            Sambil membantu Mia mencari bukunya, Jaehyun terus memikirkan sesuatu. Buku yang dicari Mia? Apa mungkin buku yang kutemukan tadi itu miliknya?Buku berwarna merah marun dilapisi dengan efek glitter dan juga gambar hati pada sampul buku itu? Apa itu miliknya?, Semua pertanyaan itu mengelilingi benak Jaehyun.
“Bukumu warna apa?” tanya Jaehyun.
“Merah.” Jawab Mia singkat.
“Ah! Semua laci sudah kuperiksa! Dan buku itu tidak ada juga! Aahhh ayolah! Buku itu sangat penting bagiku! Aku tidak bisa menulis keseharianku didalam buku itu. dan juga, banyak kenangan di buku itu! Ahhh! Bagaimana ini???” Rengek Mia.

Jaehyun tersontak kaget saat mendengar semua yang dikatakan Mia. Kesehariannya, kenangannya, semua itu terpikirkan dalam benak Jaehyun. Jaehyun tidak ingin melihat Mia sedih. tapi ia juga tidak ingin mengembalikan buku itu pada Mia untuk beberapa waktu. Alasannya karena Jaehyun sangat ingin tahu semua tentang  Mia.
“Kita cari besok, oke?” Kata Jaehyun.
Mia mengangguk. Bagaimanapun juga bukunya tetap tidak akan ketemu walaupun sudah dicari ke manapun.
***
Jaehyun sesekali melirik buku milik Mia yang terletak di atas meja belajarnya. Jaehyun bingung harus apakan buku itu. Buka atau tidak? Pikirnya. Setelah lama memutuskan akhirnya Jaehyun mengambil buku itu dan mulai membukanya. Pada halaman pertama terlihat sebuah foto seorang bayi perempuan mengenakan pakaian yang serba berwarna pink, matanya sangat besar dan juga senyuman bayi itu sangat manis. Tidak henti-hentinya Jaehyun tertawa saat melihat foto itu. di bawah foto itu tertera tulisan yaitu, ‘Ini aku, saat umurku baru 1 tahun’. Jaehyun sangat senang saat mengetahui bayi itu adalah Mia. Dibacanya selembar demi selembar, sampai akhirnya mencapai ke halaman tengah. Terdapat secarik kertas yang dilipat kecil pada halaman itu. dibukanya lipatan-lipatan kertas itu, lalu dibacanya tulisan yang tertera pada kertas itu.
‘Ada murid baru di sekolah, dia cukup tampan, sepertinya dia baik. 131107-Kamis 07.00a.m’
‘Apa ini mimpi? Dia tersenyum padaku. 131107-Kamis 08.30a.m’
‘Hari ini, aku bertemu dengannya di toko kue. Dia mengajaku bicara! Aku tidak percaya. Tapi ini memang kenyataan. Dan dia membelikanku kue. Dan juga pulang bersama! 131109-Sabtu 16.30p.m’
‘Aku dan dia, sekarang menjadi lebih dekat. Mungkin. Rasanya sangat nyaman berada di sisinya. Aku merasakan detak jantungku berdebar sangat cepat saat harus berhadapan dengannya. Aku merasa mungkin aku menyukainya. 140415-Selasa 22.00p.m’
 ‘Aku menyukainya. Sangat menyukainya! 140515-Kamis 09.00a.m’
Semua tulisan di kertas itu sudah dibaca semua oleh Jaehyun. Jaehyun merasa senang, dan juga merasa sedih saat membaca semua isi hati Mia yang ada pada kertas itu. Jaehyun tidak tahu apa dia benar-benar menyukai Mia, atau tidak? Tapi setiap kali Jaehyun memikirkan itu, kata hatinya selalu berkata bahwa dia benar-benar suka pada Mia.



***
            Sudah hampir lima bulan Jaehyun berada di Indonesia, dan hari ini tepat hari terakhir masa pekerjaan ayah Jaehyun untuk bekerja di Indonesia. Jaehyun melihat Mia yang sedang duduk sendiri di bangku taman sekolah, yang hanya di temani oleh setumpuk buku-buku tebal. Jaehyun yang membawa buku harian milik Mia, tanpa ragu menghampirinya.
“Mia, bisa aku bicara?” Tanya Jaehyun.
Mia terkejut saat melihat tangan Jaehyun yang memegang buku hariannya yang selama ini telah dicari-cari olehnya. Jaehyun menyadari itu.
“Ku kembalikan buku-mu. Maaf aku tidak bilang bahwa buku itu ternyata terbawa olehku. Kamu tidak sengaja menjatuhkannya saat itu. sebenarnya aku ingin mengembalikannya padamu, tapi aku sangat penasaran dengan isi buku itu saat waktu itu kamu bilang bahwa banyak kenangan dan juga keseharianmu di dalam buku itu. Aku benar-benar minta maaf.” Jelas Jaehyun.
Mia tidak mempedulikan soal dari mana Jaehyun bisa menemukan buku itu. yang ia pikirkan adalah, Apa Jaehyun membaca lipatan kertas yang di dalam buku itu?.
            Belum sempat menanyakan soal kertas lipatan itu Jaehyun sudah terlebih dahulu membicarakannya.
“Soal kertas yang kamu selipkan di halaman tengah buku itu, aku membacanya. Dan apa semua itu adalah tentangku?” Tanyanya dengan suara yang lembut.
Mia merasakan detakan jantungnya yang mulai tidak terkontrol itu, ditambah dengan hembusan angin yang membelai rambutnya lembut, dan berhasil membuat bulu kuduknya berdiri. Mia hanya bisa menganggukkan kepalanya. Jaehyun yang melihatnya tersenyum.
“Aku senang jika memang benar itu aku.” Kata Jaehyun.
Mia hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya.
“Aku tertarik padamu, apa boleh aku menyukaimu?” Kata Jaehyun lagi.
“Tentu saja boleh.” Jawab Mia, entah dengan perasaan senang atau sedih.
Tanpa disadari setetes air mengalir dari matanya, membuat pipinya basah.
“Kamu serius?” Tanya Jaehyun memastikan.
Dengan sekuat tenaga Mia menganggukkan kepalanya. Dengan cepat Mia menyeka air matanya.
“Ya!” jawabnya semangat.
***
“Mia! Cepat bangun! Hari ini tetangga depan rumah kita akan pindah loh! Apa kamu tidak ingin bertemu dengan Jaehyun? Cepat bangun!” Teriak mama.
Terdengar suara mama yang terus berteriak sambil mengetok pintu kamar Mia. Mia awalnya terganggu, tapi setelah mendengar nama Jaehyun, Mia dengan cepat bangun dari tidurnya dan membasuh mukanya dengan sedikit air, dengan cepat Mia keluar dari rumahnya.
            “Mama! Aku ke rumah tetangga dulu ya!” Teriak Mia, dengan cepat berlari menghampiri rumah Jaehyun.
Tanpa mengucap salam, Mia memasuki rumah Jaehyun. Terlihat ayah dan ibunya sedang mempersiapkan semua barang-barang yang akan dibawanya, mereka tersenyum pada Mia. Ibu Jaehyun dengan sigap memanggil Jaehyun untuk segera turun dari kamarnya. Mia sangat senang saat melihat sesosok remaja laki-laki korea itu berjalan menuruni tangga dan menghampirinya dengan penuh senyuman.
***
Sudah sekitar sebulan lamanya Jaehyun kembali ke Korea Selatan. Mia dan Jaehyun tidak pernah hilang kontak sekalipun. Mereka saling menghubungi dan menanyakan kabar lewat e-mail. Mereka berjanji untuk bertemu saat dirinya sudah dewasa nanti.
Mia terus memperhatikan foto dirinya dengan Jaehyun saat di bandara waktu mengantarnya dan keluarganya yang akan kembali ke Negara asal. Di sana mereka berdua membuat kenangan bersama, mereka masih sempat berfoto narsis untuk kenang-kenangan. Kamera yang dipakai adalah kamera berjenis polar, sehingga dapat mengahasilkan foto cetakannya langsung yang keluar dari kamera, sebanyak dua kali Mia dan Jaehyun mengambil foto. Dan hasil cetakannya masing-masing di berikan pada Mia dan Jaehyun, sehingga dapat mengingat kenangan manis yang telah dilewati oleh mereka berdua.
Dalam buku hariannya, Mia menuliskan sesuatu..
‘Aku yakin waktu masih akan terus berjalan, dan hari esok pasti akan datang! I’ll be waiting for you and your love~ 140521-Rabu 9.12p.m’
-THE END-


thanks for reading...